Review Blood Red Sky (2021)

Blood Red Sky merupakan gabungan Snakes on a Plane dan Train to Busan. Premis segar tentang kemunculan vampir dalam pembajakan pesawat ini sayangnya malah jadi film yang kebingungan. Kalau film memilih untuk tetap berada di jalur “dumb fun“, rasanya akan lebih menarik.

Protagonisnya adalah Nadja (Peri Baumeister) dan puteranya, Elias (Carl Anton Koch), yang hendak terbang dari Jerman ke New York untuk menjalani pengobatan. Ternyata, pesawat itu dibajak oleh Eightball (Alexander Scheer) dan teman-temannya. Suatu kejadian membuat rahasia Nadja terungkap, bahwa dia adalah seorang vampir (Bukan spoiler, hal ini bisa kita lihat dari trailer). Dan semuanya jadi berantakan.

Sutradara Peter Thorwarth kewalahan menggarap potensi film ini ketika naskahnya yang juga ditulis oleh Thorwarth dan Stefan Holtz malah bermain-main dengan hubungan ibu-anak yang mendayu-dayu dan adegan flashback asal muasal Nadja menjadi vampir. Padahal, aksi-thriller pembajakan pesawat dan vampir vs terorisnya bisa jadi sajian yang brutally fun.

Belum lagi masalah penceritaannya yang tumpang tindih. Entah kenapa si sutradara memilih untuk menceritakannya dari POV Elias. Padahal, kalau kita dibawa melalui asal muasal vampir Nadja, baru kemudian bercerita tentang proses yang terjadi di pesawat, ceritanya akan lebih rapi. Atau kalau mau unik, bisa mengambil POV Eightball yang notabenenya adalah pembajak psikopat. Dan sama sekali tidak ada alasan bahwa film dengan plot seperti ini harus berdurasi lebih dari dua jam.

Blood Red Sky jadi drama dan aksi-thriller-horor yang serba nanggung. Hubungan Elias dan Nadja dibuat untuk menambah kesan haru, dan terkadang hal itu bisa berhasil. Baumeister dan Koch punya koneksi yang believable. Akting Baumeister sangat meyakinkan sebagai vampir-baik-yang-berusaha-menyelamatkan-anaknya. Koch juga tampil maksimal sebagai anak menyebalkan dan sok-tahu. Tapi rasanya seperti mengorbankan apa yang benar-benar dibutuhkan film ini: momen “dumb fun“. Hubungan ibu-anak masih bisa digunakan, tapi harusnya bukan itu fokus utamanya.

Dilansir dari NetflixID, film ini menggunakan lebih dari 120 galon darah palsu. Tapi momen-momen mengerikan tersebut justru tertutup dengan drama tak berkesudahan. Rating TV-MA pun tidak terasa karena adegan kekerasannya cenderung sedikit dan minim kreativitas.

Secara keseluruhan, Blood Red Sky jadi drama dan aksi-thriller yang serba nanggung. Mungkin kalau durasinya gak kepanjangan, cerita seorang anak laki-laki yang berdedikasi menyelamatkan ibunya ini gak akan terkesan pretentious.

Rating: 2/5

Leave a comment